Siapa yang tidak mengenal negara Jerman? Negara yang terkenal dengan produknya
yang berkualitas tinggi, kompetisi sepakbola, komponis musik klasik, para
ilmuwan dan mungkin juga sejarahnya. Banyak barang kebutuhan sehari-hari yang
digunakan masyarakat Indonesia berasal dari Jerman, tentu saja karena kualitas
yang baik maka harganya pun relatif lebih tinggi dibandingkan dengan produk
yang berasal dari negara lain. Dari mulai alat rumah tangga seperti pisau produk
Solingen, alat sekolah seperti pinsil dan penghapus produk Städtler, barang
elektronik seperti telepon genggam produk Siemens, sampai ke otomotif seperti
mobil BMW, Audi dan Mercedes, semua berasal dari Jerman. Begitu terkenal dan
familiernya produk-produk Jerman, sehingga banyak orang yang tergerak untuk
mempelajari bahasanya, karena bahasa Jerman merupakan bahasa yang menduduki
urutan kedua setelah bahasa Inggris yang digunakan di internet (http://de.wikipedia.org/wiki, diakses tanggal 5 Juli 2008), di
urutan ketiga setelah bahasa Inggris dan Perancis sebagai bahasa sumber buku
yang diterjemahkan (Tatsachen über Deutschland, 2007), sebagai bahasa
ibu dari lebih 100 juta orang (http://de.wikipedia.org/wiki). Di samping itu, bahasa Jerman
juga merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Johannes Gutenberg telah
mengubah dunia dengan ditemukannya teknik cetak dengan huruf yang dapat
digerakkan. Karl Marx telah mengubah ”Ekonomi Politik”. Gottfried Wilhelm
Leibniz seorang filsuf, ahli matematika, hukum dan teknik menemukan sistem
numerik biner dan mengembangkan perhitungan infinitesimal. Löb Strauss
yang dilahirkan di kota Buttenheim, dan dikemudian hari namanya lebih dikenal
sebagai Levi Strauss telah menemukan celana yang kuat berbahan denim yang dapat
digunakan sebagai celana kerja untuk para penambang emas, dan hingga kini
celana Jeans bermerk Levi Strauss masih tetap digemari oleh semua kalangan. Di
bidang musik dikenal komponis musik klasik Georg Friedrich Händel, Ludwig van
Beethoven, Johann Sebastian Bach, dan masih banyak lainnya.
Mengapa
Memilih Bahasa Jerman?
Begitu banyak faktor yang menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Jerman,
hingga banyak orang asing yang berusaha mempelajari bahasanya. Sampai saat ini
tercatat sebanyak 20 juta pembelajar di seluruh dunia yang mempelajari bahasa
Jerman sebagai bahasa asing, sedangkan di negara-negara yang tergabung di dalam
uni Eropa tercatat sebanyak 55 juta penduduk yang menguasai bahasa Jerman
sebagai bahasa asing dan di antaranya 6 juta orang bertempat tinggal di Jerman
(http://de.wikipedia.org/wiki, diakses tanggal 5 Juli 2008).
Selain di negara Jerman, bahasa Jerman merupakan bahasa resmi di Uni Eropa dan
di negara Austria, Swiss, Liechtenstein, Belgia, dan di Tirol Selatan– Italia.
Adapun di Luxemburg bahasa Jerman merupakan bahasa yang digunakan dalam media
cetak (koran, majalah dan papan petunjuk) dan bahasa gereja, sedangkan di
Denmark, Perancis, Polandia, Ceko, Rusia, Rumania, Hongaria, Brasilia, Kanada,
Namibia, Paraguay, dan USA bahasa Jerman merupakan bahasa yang digunakan oleh
sekelompok minoritas masyarakat.
Di Indonesia, bahasa Jerman termasuk ke dalam kategori bahasa asing dan mulai
diperkenalkan secara formal di sekolah menengah atas sejak kelas satu, baik di
jurusan Bahasa, IPS maupun IPA. Bagi siswa yang tertarik mempelajari atau
memperdalam bahasa Jerman bisa melanjutkan ke universitas atau ke sekolah
tinggi bahasa asing yang menyelenggarakan program studi bahasa Jerman.
Sampai saat ini tercatat sebanyak 14 universitas dan sekolah tinggi yang
memiliki jurusan bahasa Jerman, terdiri dari 12 universitas negeri, dan 2 universitas
swasta (Data peserta Germanistentreffen 2007). Di samping itu, banyak
lembaga nonformal yang juga menawarkan kursus bahasa Jerman, termasuk Goethe
Institut yang merupakan pusat kebudayaan Jerman yang bertugas mempromosikan
bahasa Jerman di seluruh dunia dan memfasilitasi berbagai kebutuhan yang
terkait dengan bahasa Jerman. Ada berbagai latar belakang yang mendasari orang
mempelajari bahasa Jerman, mulai dari alasan studi di Jerman, penelitian,
bekerja, liburan, rekreasi, sampai menetap di Jerman untuk mengikuti pasangan
hidup. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh sebagian besar mahasiswa Jurusan
Sastra Jerman Fakultas Sastra di Universitas Negeri Malang, mengapa mereka
memilih bahasa Jerman sebagai bidang yang diminati antara lain: bahasa Jerman
merupakan bahasa yang menarik untuk dipelajari, membaca tulisan berbahasa
Jerman tidak sulit, ingin menjadi guru bahasa Jerman, ingin bekerja di
perusahaan Jerman baik yang berada di Indonesia maupun di negara-negara
berbahasa Jerman, ingin menjadi pemandu wisata, ingin menjadi penerjemah, ingin
mengunjungi negara Jerman, ingin melanjutkan kuliah, bahkan tidak sedikit pula
mahasiswi yang ingin menikah dengan orang Jerman. Untuk mewadahi berbagai
aspirasi dan kebutuhan masyarakat melalui pembelajaran bahasa Jerman, maka
setiap universitas berusaha mengembangkan kurikulum dengan berbagai kekhususan
dan ciri khasnya untuk menyiapkan mahasiswanya agar mereka memiliki kompetensi
berbahasa Jerman lisan dan tulisan dengan baik dan kompetensi penunjang lainnya
sesuai dengan kebutuhan lapangan. Setiap universitas menetapkan matakuliah ciri
khas dan kekhususan sesuai dengan kondisi wilayahnya. Pembelajaran bahasa
Jerman di Jakarta mempunyai kekhususan yang berbeda dengan di Yogyakarta, di
Makassar, di Manado dan mungkin juga dengan kota terdekatnya yaitu Bandung.
Bahkan untuk pembelajaran bahasa Jerman yang berlangsung di kota yang
sama seperti di Bandung, tentu ada perbedaan yang mendasar antara
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan Universitas Pajajaran (UNPAD), dan
Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA).
Di samping perbedaan, tentu saja inti perkuliahan bahasa Jerman sebagian besar
sama, yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang mencakup
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis, disertai kompetensi
pendukung lainnya seperti pranata masyarakat Jerman, pengetahuan linguistik dan
sastra, serta matakuliah umum. Berikut ini adalah gambaran tujuan
penyelenggaran perkuliahan di Jurusan Sastra Jerman, Program Studi Pendidikan
Bahasa Jerman Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Program ini bertujuan
menghasilkan guru bahasa Jerman dengan kemampuan lengkap. Artinya, guru yang
berkemampuan bahasa Jermannya layak diteladani, memiliki pengetahuan tentang
kebahasaan dan latar belakang budaya dan sastra masyarakat penutur asli bahasa
Jerman, memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengajarkan bahasa
tersebut, melakukan evaluasi dengan cermat, memiliki kemampuan dasar
menerjemahkan teks dari dan ke bahasa Jerman, memiliki kemampuan dasar dan
keterampilan tentang dunia kepariwisataan Indonesia, dan juga menghargai bahasa
Jerman serta masyarakat penutur aslinya (Katalog Jurusan Sastra Jerman, 2007).
Sebagai alat ukur kemampuan bahasa Jerman standar internasional, saat ini telah
dikembangkan standar kemampuan bahasa Eropa yang disebut dengan Europäische
Referenzrahmen dan kemampuan dikelompokkan menjadi enam tingkatan
yaitu A1, A2, B1, B2, C1 dan C2 (Glaboniat, 2005). Tingkatan A menunjukkan
kemampuan dasar, tingkatan B kemampuan tingkat menengah dan tingkat C kemampuan
tingkat lanjut. Adapun yang berwenang untuk menyelenggarakan uji kemampuan
bahasa dengan standar Eropa ini adalah Goethe Institut. Lulusan S1 bahasa
Jerman selayaknya berada pada tingkatan menengah B2. Sementara itu, sebelas
universitas eks IKIP telah bersepakat untuk menyelenggarakan uji kemampuan
bahasa Jerman tingkat dasar taraf nasional yang disebut Zertifikat Deutsch für
indonesisch-Deutschstudenten (ZiDS). Kesepakatan tersebut ditandangani oleh
Dirjen Dikti dan Goethe Institut. Dengan dilaksanakannya tes kemampuan bahasa
Jerman nasional, standar kemampuan dasar bahasa Jerman secara nasional sama dan
dapat diakui, serta diharapkan sertifikat ZiDS dapat membantu mengatasi
tingginya biaya tes yang bertaraf internasional. Namun sangat disayangkan,
mulai Januari tahun 2008 telah ditetapkan bahwa semua yang mengajukan
permohonan visa ke Jerman harus mampu menunjukkan kemampuan bahasa Jerman
tingkat dasar yang dibuktikan dengan sertifikat A1 dan seterusnya. Apakah ini
merupakan gejala ketidakpercayaan pemerintah Jerman, khususnya kedutaan Jerman
di Indonesia terhadap pembelajaran bahasa Jerman di Indonesia atau apakah ada
unsur politik tersembunyi?
Terlepas dari penerapan peraturan baru tersebut dan perbedaan ciri khas
pembelajaran bahasa Jerman di setiap universitas, ada beberapa kompetensi yang
harus dimiliki oleh lulusan bahasa Jerman untuk menghadapi dunia kerja. Untuk
kompetensi bahasa Jerman, ilmu bahasa dan pengetahuan pendukung lainnya tentu
saja menjadi tanggung jawab masing-masing universitas. Namun pada kenyataannya,
tidak semua kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja dapat diberikan oleh
pendidikan formal. Hal ini muncul akibat dari perubahan kondisi di masyarakat
yang sangat cepat sehingga dunia kerja menjadi sangat dinamis. Sementara itu,
perubahan kurikulum beserta perangkatnya tidak dapat secepat perubahan
itu sendiri. Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Untuk
menyikapi dinamika perubahan di masyarakat, kiat-kiat apa sajakah yang harus
diperhatikan oleh lulusan bahasa Jerman?
Kompetensi
Di Dunia Kerja
Seorang
lulusan S1 yang siap memasuki dunia kerja diharapkan memiliki hard skills
dan soft skills (Sailah, 2008). Adapun yang dimaksud dengan hard
skills adalah semua pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama
kuliah yang berupa kelulusan dengan nilai baik, dapat menggunakan bahasa
Inggris dan bahasa Jerman dengan baik, terampil mengoperasikan komputer dengan
beberapa program, memahami dengan baik teknik pengajaran bahasa Jerman,
memahami cara menerjemahkan yang baik, memahami cara memandu wisatawan,
memahami cara membuat surat lamaran, menjawab surat dinas, dan semua ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun
non formal. Adapun soft skills merupakan kompetensi seseorang dalam
menjalani hidup. Soft skills sangat dibutuhkan agar seseorang dapat
hidup dengan harmonis di manapun ia berada dan apa pun masalah yang sedang
dihadapinya. Soft skills apa sajakah yang perlu dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja? Berikut ini adalah soft skills yang perlu
diperhatikan oleh siapa pun, baik guru, penerjemah, pemandu wisata, atau
karyawan sebuah kantor.
Demi kesuksesan dan kelanggengan bekerja di sebuah institusi Jerman, hal yang
harus selalu diperhatikan adalah pahami cara bekerja dan berkomunikasi, karena
perbedaan budaya dan cara pandang terhadap sebuah situasi dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Dalam bukunya yang berjudul „Beruflich in Indonesien“
Marlis Martin dan Alexander Thomas (2002) mengungkapkan banyak contoh yang
dapat menjadi penyebab sebuah pekerjaan tidak dapat berjalan lancar bahkan
terjadi ketidakharmonisan akibat salah persepsi terhadap sebuah situasi. Untuk
itu, memahami interkulturelle Kommunikation menjadi kunci utama bekerja
di institusi Jerman. Sahroni (Germanistentreffen, 2007), staf kedutaan Swiss
memberikan informasi terkait dengan pengalamannya bekerja di kedutaan Jerman
dan Swiss, bahwa kesulitan yang sering dialami oleh lulusan bahasa Jerman
adalah ketika praktek menggunakan bahasa Jerman dalam pembicaraan di telepon,
karena itu menjadi salah satu kemampuan yang diujikan pada penerimaan karyawan.
Di samping itu, keterampilan menggunakan komputer berbahasa Jerman dengan keyboard
bahasa Jerman sangat diperlukan. Kemampuan menulis bahasa Jerman yang sangat
baik diperlukan jika ingin menjadi jurnalis. Ketika bekerjasama dengan orang
Jerman, kemampuan mengemukakan pendapat secara langsung, mampu mengatakan „ya“
dan „tidak“, jujur dan terus terang juga menjadi kunci utama keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar