Haaai Haaaai.. i'm comeback!!! aku balik lagi guyys. kali ini aku bawa info yg ngga kalah menarik daripada beritanya Anang-Ashanty, nih! hehe :D masih senada dengan tema sebelumnya. yaitu info seputar Deutschlaaaand! yuhuu. ngga sabar kan? Ok, langsung aja simak di bawah ini.
PUBLIC TRANSPORT
public transport (*deut :
öffentliche Verkehrsmittel/ÖV) di Jerman sangat bermacam-macam. untuk kategori
dalam kota (*deut : Innenstadt), pilihannya ada bus, tram (*deut : Straßenbahn)
dan subway (*deut : U-Bahn). untuk kategori antar kota yg jaraknya ga terlalu
jauh, ada kereta cepat (*deut : S-Bahn), kereta regional (*deut :
Regionalbahn/RB) dan kereta regional express (*deut : Regionalexpress/RE).
untuk kategori antar kota jarak jauh dan/atau antar negara bagian (*deut : Bundesland),
pilihannya Intercity Express/ICE dan Intercity/IC.
as students, biasanya kita ga
perlu mikir lagi sebelum naik ÖV karena udah punya Semesterticket. tapi ada
kalanya kita nginep di rumah temen di luar kota dan perlu beli tiket. jenis
tiket yg dijual juga banyak, mulai dari tiket sekali jalan (*deut :
Einzelfahrt), tiket sekali jalan jarak dekat (*deut : Kurzstrecke – berlaku
untuk jarak tempuh maximal 3 halte pemberhentian), tiket harian single/group
(*deut : Tageskarte/Gruppentageskarte – maximal 3 orang dewasa), tiket bulanan
(*deut : Monatskarte) dan bahkan tiket tahunan (*deut : Jahreskarte). harga
tiket ÖV sangat bervariasi, biasanya 2.3€ – 2.6€ untuk Einzelfahrt, 1.5€ – 2€
untuk Kurzstrecke, 5€-an untuk Tageskarte dan 8€ – 15€ untuk Gruppentageskarte.
di beberapa kota, Tageskarte yg dibeli di hari Sabtu bisa terus dipake sampe
hari Minggu. harga Monats- dan Jahreskarte kayaknya ga terlalu relevant untuk
dibahas ya.
Kegiatan lain-lain
Setelah itu mereka biasa
menghabiskan waktu di Jugendzentrum, di Jugendzentrum biasanya mereka
mengerjakan PR, ada yang berolahraga. Jugendzentrum tempat mereka menghabiskan
waktu sepulang sekolah. Ada yang tetap tinggal di sekolah untuk mengerjakan
tugas.
Organisasi
70 persen di antara orang
Jerman yang berusia 14 tahun ke atas melibatkan diri secara aktif dalam
kelompok, perkumpulan atau organisasi. Di samping itu 36 persen menjalankan
tugas kemasyarakatan secara sukarela.
Bioskop
nonton bioskop di Jerman itu
mahal banget. harga karcis nonton tuh sekitar 8-9 euro. nah disini nomat (*deut
: Kinotag) bukan hari Senin, tapi Selasa. pas Kinotag harga karcisnya sekitar 6
euro. buat yg lebih seneng nonton film pake bahasa Inggris, ada yg namanya OV /
original version. harga karcisnya selalu lebih mahal dari yg biasa, bisa sampe
11 euro. Mulai dari judul, pengisi
suara, bahkan untuk beberapa movie, ada teks-teks yang di-edit menjadi bahasa
Jerman.
Judul bukan hanya
diterjemahkan langsung ke bahasa Jerman, tapi terkadang di ubah sedikit. Orang
Jerman lebih suka judul yang frontal dan straight forward sama tema movie,
kurang suka yang puitis ato yang aneh-aneh. di Jerman, kita harus nunggu 30 -
40 menit buat iklan. Biasanya 15-20 menit buat iklan produk, kemudian 10 menit
terakhir buat trailer film-film yang akan datang.
Di beberapa bioskop kecil,
yang biasanya buat art movie, ada pembawa acara yang nongol sebelum movie
mulai. Karena di bioskop ini ga ada iklan, pembawa acara inilah yang memberi
informasi tentang movie-movie mendatang, sekilas info mengenai movie yang akan
ditonton, spesial event, dan bahkan memberikan kuis yang berhadiah CD
soundtrack atau tiket gratis.
Meraih mimpi, killers, laskar
pelangi
Pada umumnya orang Jerman
lebih suka meluangkan waktu untuk jalan-jalan di taman dari pada ke mall.
Mereka biasanya hanya pergi belanja kalo memang ada keperluan tertentu dan
bukan hanya untuk jalan-jalan. Berbeda dengan orang Indonesia, yang
sedikit-dikit pergi ke mall biasanya untuk refresing. Jarang sekali orang
Indonesia mau pergi jalan-jalan, bisanya menggunakan motor ataupun mobil.
Biasanya orang Jerman
setidaknya dalam satu tahun pergi berlibur. Untuk itu mereka lebih memilih
mengeluarkan uang untuk berlibur dari pada membeli barang mahal. Orang Jerman
juga tidak selalu membeli oleh-oleh atau barang di tempat mereka berlibur.
Selain itu orang Jerman senang pergi ke museum, tempat bersejarah, dan outdoor.
Berbeda dengan orang Indonesia yang terkadang menghabiskan uangnya untuk
membeli barang-barang mahal, yang tidak perlu sebenarnya dibeli.
Pada hari minggu karena toko,
supermarket, dan perkantoran tutup jadi sebagian besar orang Jerman tinggal di
rumah. Biasanya hari minggu juga digunakan oleh orang Jerman untuk jalan-jalan
ke taman atau naik sepeda.
berjemur jadi hobby baru
setelah ngerasain winter. bukan sombong atau pongah, tapi semua yg udah
ngerasain setahun pertama di Jerman pasti tahu bahwa sinar matahari adalah
barang langka. dalam setahun paling max 3 bulan kita ngerasain hari-hari yg
konstan dapet sinar matahari. sisanya mendung, berawan atau berkabut.
Hiking
Harz adalah pegunungan
tertinggi Jerman utara yang tingginya kurang dari 2000 m. Pegunungan yang
paling tinggi di Harz adalah Brocken tingginya 1.141m (baca dari wikipedia).
Brocken paling banyak di kunjungi oleh para turis baik di musim dingin atau
dimusim lainnya, baik yang ingin main ski ataupun hiking. Sebagian besar
wilayah Harz adalah taman nasional, yang terletak antara jerman barat yaitu
Niedersachsen dan jerman Timur yaitu Sachsen-Anhalt dan Thueringen.
Tempat main ski yang biasa di
kunjungi di Harz adalah (untuk melihat tempat skinya terbuka atau tidak bisa
diklik nama kotanya) :
1. Osterode-Lerbach
2. Hahnenklee
3. Clausthal-Zellerfeld
4. Schulenberg Altenau
5. Sonnenberg St.Andreasberg
6. St.Andreasberg(Ort)
7. Torfhaus
8. Braunlage
Bagusnya freiburg deket sama
black forest, cuma satu jam naik kereta. pemandangan disana bagus, hutannya
masih banyak, kebanyakan hutan provinsi dan privat, landscapenya sangat
teratur. Hal yang ngga saya sangka, ternyata jerman lebih hijau daripada Indonesia.
Kalo disini kawasan hutan yang hanya 30% dari total luas negara, benar2
ditutupi sama pohon2 besar. Kalo di Indonesia katanya 50% dari luas daratan
tapi isinya kebanyakan semak belukar dan alang-alang. Malu atuh...
jalan-jalan ke flohmarkt (pasar
loak) juga menyenangkan. di sana bisa nyari macem-macem, dari buku, pakaian,
sepatu, peralatan masak, alat elektronik dlsb, dengan harga cukup murah.
Sonnenbad
Saat hari panas lapangan
rumput di Taman Raya Friedrichshain di Berlin tidak nampak lagi karena dipenuhi
tilam. Banyak yang hanya mengenakan bikini berjemur di bawah terik matahari
agar kulitnya berwarna kecoklatan. Bagi banyak mahasiswa asing, fenomena ini
jadi gegar budaya pertama. Yang lainnya hanya sekedar duduk-duduk menikmati
cuaca bagus. Ada satu hal yang tidak boleh tertinggal jika bersantai di taman
saat hari panas yaitu alat pemanggang. Setiap orang membawa sesuatu untuk
meramaikan acara barbeque. Ada yang membawa selada, sosis dan tentu tidak
ketinggalan alat panggangan dengan arang kayu.
Flohmarkt
Pasar seperti ini biasanya
hanya ada di waktu-waktu tertentu, misalnya pada akhir pekan. Harga
barang-barang yang ditawarkan di pasar ini sangat terjangkau. Bahkan, di pasar
seperti inilah biasanya kita bisa sepuasnya melakukan tawar-menawar harga
dengan si pedagang. Tapi jangan salah, meskipun barang-barang yang dijual di
pasar loak di Jerman adalah barang-barang bekas, namun, barang-barang tersebut
tentu saja masih dalam kondisi yang layak!
Yap, pasar loak di Jerman
selalu ada jadwalnya. Contoh, tanggal 1 tempatnya ada di Barmbek, dan menjual
barang-barang antik. Nanti tanggal 2 pindah ke pusat kota, dan barang yang
dijual pun bisa berbeda. Jadwal tiap bulan pasti berubah. Tapi ada juga yang
jadwalnya harian, seperti hari Sabtu, Minggu, Rabu, atau Jumat. Pasar harian
itu mengingatkan saya pada pasar Sabtuan, atau Rabuan di Jember. Cuma disini
tempatnya lebih menyebar. Contohnya: hari Sabtu ada pasar loak barang-barang
antik di pusat kota. Lalu ada pasar buku di Eirnsbuttel. Ada juga pasar di St.
Pauli, Wandsbek, dll.
Suasana pasar loak ini begitu
riuh. Ada banyak barang dagangan. Tak jauh beda dengan di Indonesia. Ada
beberapa lapak yang menjual barang bagus dan bermanfaat. Ada pula lapak yang
menjual barang remeh temeh seperti sirkuit komputer, CPU bekas, atau kaset
jadul dalam bahasa Jerman. Entah apa ada yang beli atau tidak.
Rata-rata para penjual ini
menjual barang mereka sendiri yang sudah tidak terpakai. Termasuk baju. Kalau
di Jember, kita mengenal yang namanya babebo, alias baju bekas bos, yang biasa
mangkal di depan perumahan Mangli Permai tiap hari Jumat-Minggu. Para pedagang
itu kulakan dulu, baru dijual lagi. Beda dengan para penjual baju disini.
Rata-rata para penjual ini menjual baju yang pernah mereka pakai. Garage sell
istilahnya.
Saya sih kurang tertarik
dengan baju-baju itu. Soalnya disini para penjualnya seperti tak niat menjual.
Sebagian besar baju hanya ditaruh apa adanya, kusut masai. Beda dengan di
Jember yang dipajang dengan rapi.
Saya lalu mengalihkan
perburuan pada buku bekas. Mencari buku bekas berbahasa Inggris di Jerman
rupanya rada susah. Saya berkali-kali mendapat gelengan kepala ketika
menanyakan stok buku bahasa Inggris pada sang penjual. Untunglah saya dapat
beberapa buku bekas dengan kualitas baik dan harga murah meriah.
"Pak, yang ini berapa
harganya" tanya saya pada seorang penjual sembari mengacungkan Cigar Cool,
sebuah buku mengenai kultur rokok dan juga penanaman tembakau. Buku itu full
colour, hard cover pula. Selain itu saya juga mengacungkan The Asia Collection,
buku hard cover fulll colour yang berisi resep-resep serta sejarah masakan
Asia.
Biasanya informasi flohmarkt
ini saya dapatkan dari poster-poster yang ditempel di tiang listrik sekitar
stasiun atau di tempat pemberhentian bis. Atau bisa juga kita dapatkan dari
websitenya.
Karena masih bego bahasa
Jerman, biasanya saya ambil foto posternya dengan kameraku, setelah itu di
rumah buka kamus bhs Jerman, atau minta tolong Mbah Google untuk terjemahkan ke
Bhs Inggris. Kemudian saya cari lokasinya dengan googlemap, lalu dengan
meminjam sepeda Ibu Kost, saya berangkat ke lokasinya.
Kunjungan ke pasar loak buku
bekas terlihat diminati dan bahkan ramai. Penjualan buku ini didasarkan berat
per kgnya. 1 kg untuk 2 Euro saja.
Begitu sampai di Flohmarkt, saya
pun dibuat heran. Tidak hanya para imigran atau warga asing yang suka belanja
di sini, tapi juga penduduk lokal Berlin. Saya melihat beberapa bule begitu
teliti memilih-milih barang. Tidak hanya baju, segala perabotan dari piring,
karpet, sampai sofa-sofa cantik ada di pasar ini. Biarpun second-hand, namun
rata-rata barangnya masih bagus dan layak pakai.
Ternyata, orang Jerman
mempunyai kebiasaan memakai barang hanya beberapa tahun saja. Mereka mudah
sekali bosan. Dan jika bosan, mereka hanya perlu membeli yang baru dan menjual
barang yang lama dengan harga murah. Jika malas menjualnya, mereka cukup
menaruh barang-barang tersebut di gudang atau dikasihkan orang lain.
Di Berlin, pasar semacam ini
terdapat di banyak tempat. Biasanya diselenggarakan di lahan luas semacam
parkiran mall atau di park-park tertentu. Flohmarkt terbesar di Berlin biasanya
di selenggarakan di Havelpark setiap dua minggu sekali tepatnya pada hari
Minggu. Lokasinya berada di depan sebuah mall besar, dan memiliki lahan yang
sangat luas sehingga bisa menampung ratusan stand. Disediakan bis gratis dari
halte Spandau setiap satu jam sekali.
Jika musim panas, pasar ini
sangat ramai. Bahkan ada beberapa pembeli yang berangkat dari jam 7 pagi.
Karena semakin pagi anda datang, maka semakin bagus barang yang anda dapat. Umumnya Flohmarkt
buka dari jam 7 pagi sampai 3 sore. Pihak penyelenggara akan memberi pengumuman
lewat website jika tidak jadi diselenggarakan karena berbagai alasan. Tak
terkecuali ketika musim dingin, tepatnya pada bulan November sampai Februari,
pasar ini akan tutup.